Aspek Keyakinan Matematik Siswa dalam
Pendidikan Matematika
Depi
Anggeraeni & Dea Yuniasari
Program
Studi Pendidikan Matematika
Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas
PGRI Pelembang
Abstrak
Keyakinan Matematik adalah salah satu
aspek yang paling penting dalam dimensi afektif. Aspek keyakinan matematik
siswa ini terdiri dari empat macam, yakni keyakinan siswa terhadap
karakteristik matematika, keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri, keyakinan
siswa terhadap proses pembelajaran, dan keyakinan siswa terhadap kegunaan
matematika.
A. Pengertian
dan Proses Terbentuknya Keyakinan Matematik
Keyakinan atau kepercayaan merupakan
terjemahan dari kata belief yang berasal dari bahasa Inggris. Secara
leksikal, dalam kamus Oxford, belief diartikan sebagai perasaan yang
kuat tentang kebenaran atau keberadaan sesuatu (a strong feeling that
something/someone exists or is true) atau percaya bahwa sesuatu itu baik
atau benar (confident that something/someone is good or right). Secara
gramatikal, dalam bahasa sehari-hari, (beliefs) bersinonim dengan
istilah sikap (attitude), disposisi (disposition), pendapat (opinion),
persepsi (perception), filosofi (philosophy), pendirian (conviction),
dan valid (Leder dan Forgasz, 2002: 96 dan Hill, 2008). Khusus dalam
matematika, Presmeg (2002: 294) mengatakan istilah keyakinan dan konsepsi dapat
saling dipertukarkan dalam konteks sifat natural matematika. Sebagai contoh
ketika para siswa ditanya “apa itu matematika?”, mereka menjawab dengan
mengemukakan pandangannya tentang sifat natural dari matematika yang dapat
disebut juga dengan keyakinan atau konsepsi tentang matematika.
Selain mempunyai banyak kata
sinonim, keyakinan mempunyai banyak pengertian. McLeod dan McLeod (2002: 120)
mengatakan definisi keyakinan tidak tunggal sebab pendefinisian keyakinan
disesuaian dengan sasaran dan tujuan. Apabila tujuannya untuk menjelaskan
kepada orang biasa, maka definisi informal lebih tepat, namun jika tujuannya
untuk penelitian, maka definisi formal lebih berguna. Sebagai contoh berikut
ini disajikan tiga ragam dari definisi keyakinan.
1.
Schoenfeld sebagai penggagas awal tentang
keyakinan dalam matematika (Dalam Eynde, Corte, dan Verschaffel, 2006: 62),
menuliskan bahwa ‘Belief systems are one’s mathematical world view, the
perspective with which one approaches mathematics and mathematical tasks.’
2. Menurut
Cooper dan Mc Gaugh (1970) (dalam Leder dan Forgasz, 2002: 96-97), keyakinan
adalah sikap yang melibatkan sejumlah struktur kognitif. Secara operasional,
seseorang bersikap terhadap dan percaya tentang suatu objek. Keyakinan
berkonotasi dengan sikap seseorang secara mendalam terhadap suatu objek.
Seseorang menggunakan keyakinan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang akan
terjadi kemudian.
3. Menurut
Rokeach tahun 1972 (dalam Leder dan Forgasz, 2002: 96-97), keyakinan adalah
pernyataan yang sederhana, disadari atau tidak disadari sebagai bagian dari apa
yang seseorang katakan atau lakukan, biasanya didahulu dengan ungkapan “saya
percaya bahwa … .“
Pengertian keyakinan matematik
menurut Schoenfeld di atas adalah spesifik karena hanya meliputi keyakinan
terhadap sifat natural matematika dan terhadap tugas-tugas matematika. Padahal
dengan menggunakan keyakinan matematik, siswa mampu mengkoneksikan antara
aktivitas di rumah dengan pelajaran matematika di sekolah (Presmeg, 2002: 294).
Pendefinisian yang lebih luas adalah keyakinan merupakan cara kita berfikir
tentang sesuatu pada kita atau sekeliling kita (Hill, 2008:9). Sehingga
keyakinan matematik dapat meliputi subjek matematika atau hal-hal yang terjadi
pada diri dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Goldin
(2002: 67) bahwa struktur keyakinan ada pada masing-masing individu yang
terbentuknya dipengaruhi melalui interaksi dengan sistem keyakinan pada
kelompok sosial.
Keyakinan yang dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh diri dan lingkungannya. Hal ini berimplikasi bahwa keyakinan
seseorang dapat berubah sebab setiap saat setiap orang mengalami pembentukan,
pengubahan, atau penguataan atas keyakinan yang dimilikinya. Ada tiga aspek
yang secara simultan mempengaruhi keyakinan matematik, yakni objek pendidikan
matematika, konteks kelas, dan dirinya sendiri.
Ketiga aspek tersebut satu sama lain saling mengkait
dalam membetuk keyakinan matematik pada diri siswa. Implikasinya dalam
pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan keyakinan matematik siswa
maka perlu memperhatikan kondisi masing-masing siswa, situasi kelas secara
umum, interaksi antar siswa, buku matematika yang menjadi pegangan, guru
pengajar, dan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Dalam lingkungan makro
yang lebih luas, terbentuknya keyakinan matematik tidak hanya terjadi
diakibatkan oleh ketiga aspek di atas. Sangat banyak faktor yang mempengaruhi
keyakinan matematik siswa. Selain faktor internal siswa, keyakinan terbentuk
pada diri siswa dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal.
Menurut
bagan di atas, terbentuknya keyakinan matematik siswa dipengaruhi banyak faktor
yang saling kait-mengkait yakni dari faktor budaya, sistem pendidikan, sekolah,
dan kelas. Walaupun sangat luas dan banyak, namun keyakinan matematik lebih
banyak ditentukan oleh skala mikro kelas. Bagaimana cara keyakinan matematik
terbentuk dalam diri siswa merupakan masalah yang esensial. Goldin (2002: 68)
mengambarkan dalam diri setiap individu mempunyai emosi, sikap (attitude),
keyakinan, dan nilai/etika/moral yang dimilikinya sendiri.
Menurut Goldin lebih lanjut,
keyakinan merupakan representasi internal yang mencakup kebenaran, validitas,
atau keterpakaian (applicability), biasanya berupa kognisi yang stabil
dan tinggi, mungkin membetuk struktur yang kuat.
Walaupun banyak
sekali aspek yang mempengaruhi, namun keyakinan matematik siswa dapat dibentuk
melalui kegiatan di kelas. Menurut Greer, Verschaffel, dan Corte (2002: 285),
salah satu cara yang efektif dalam menumbuhkan keyakinan matematik siswa adalah
melalui guru, buku teks, strategi pembelajaran, dan yang utama pemanfaataan
masalah-masalah yang ada di sekitar siswa untuk kegiatan pembelajaran.
Selama mengikuti pelajaran
matematika, siswa tidak hanya belajar konsep dan prosedur matematik, namun
mereka juga belajar bagaimana berinteraksi di dalam kelas, mereka belajar
tentang serangkaian keyakinan, dan mereka belajar bagaimana berperilaku dalam
pelajaran matematika (Boaler, 1999 dikutip Greer, Verschaffel, dan Corte, 2002:
284). Untuk dapat mengerjakan matematika tidak cukup dengan mengetahui cara
mengerjakan namun harus disertai dengan keyakinan tentang kebenaran konsep dan
prosedur yang dimilikinya. Keyakinan matematik sangat penting dalam proses
pembelajaran matematika. Dengan mempunyai keyakinan matematik, NCTM (1999),
dalam Eynde, Corte, dan Verschaffel (2002: 15), maka siswa akan memiliki : (1)
kemampuan dalam mengevaluasi kemampuan diri sendiri, (2) keinginan untuk
mengerjakan tugas-tugas matematika, dan (3) disposisi matematik.
B. Aspek-aspek
dalam Keyakinan Matematik
Sebagai akibat dari banyaknya
definisi tentang keyakinan, McLeod dan McLeod (2002: 120), maka aspek-aspek
yang diukur dalam menentukan keyakinan seseorang juga berbeda-beda. Penentuan
aspek-aspek tersebut disesuaian dengan subjek dan tujuan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Subjek tersebut bisa berupa guru atau siswa. Karena
penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMP maka dalam telaah berikut dibatasi
pada subjek siswa.
Dalam tulisannya, Eynde, Corte, dan
Verschaffel (2002) menelusuri macam-macam keyakinan matematik dari berbagai
pendapat ahli yang menyangkut guru, calon guru, dan siswa yang berkembang
sebelum tahun 2000. Hasil telusuran yang diperoleh khusus yang terkait dengan
keyakinan matematik siswa disajikan dalam tabel berikut.
Pendapat Ahli tentang Macam-caman
Keyakinan Siswa terhadap Matematika
(Eynde,
Corte, dan Verschaffel, 2002:19)
Menurut Underhill (1988)
1.
Keyakinan
tentang matematika
sebagai
suatu disiplin.
2.
Keyakinan
tentang belajar
matematika.
3.
Keyakinan
tentang pengajaran
matematika.
4.
Keyakinan
tentang dirinya dalam konteks sosial.
|
Menurut
McLeod (1992)
1.
Keyakinan
tentang matematika
2.
Keyakinan
tentang dirinya
3.
Keyakinan
tentang pengajaran matematika.
4.
Keyakinan
tentang konteks sosial.
|
Menurut
Kloosterman (1996)
1.
Keyakinan
tentang matematika
2.
Keyakinan
tentang pembelajaran matematika
a.
Keyakinan
tentang dirinya sebagai pebelajar matematika.
b.
Keyakinan
tentang peran guru.
c.
Keyakinan lain
tentang belajar matematika.
|
Menurut
Pehkonen (1995)
1.
Keyakinan
tentang matematika
2.
Keyakinan
tentang dirinya dalam matematika.
3.
Keyakinan
tentang pengajaran matematika
4.
Keyakinan
tentang belajar matematika.
|
Aspek-aspek keyakinan matematika
dari pendapat empat ahli di atas meliputi keyakinan terhadap diri dan di luar
dirinya. Berger (2000) telah mengembangkan instrumen untuk mengukur keyakinan
matematik siswa berumur 13 tahun di Vienna dan Austria. Hasil pengembangan
instrumen keyakinan matematik yang diperoleh adalah berupa butir-butir yang
sahih dan reliabel yang meliputi 5 aspek, yakni keyakinan tentang materi
matematika (9 butir), keyakinan tentang metode matematik (8 butir), keyakinan
tentang belajar matematika (5 butir), keyakinan tentang peran siswa (6 butir),
dan keyakinan tentang peran guru ( 4 butir). Kekhasan instrumen ini adalah
memuat keyakinan yang lebih spesifik tentang keyakinan terhadap metode
matematik.
Secara berbeda, Goldin (2002: 67-68)
mendeskripsikan tipe-tipe keyakinan matematik menjadi dalam aspek-aspek (1)
keyakinan tentang matematika sebagai disiplin ilmu, (2) keyakinan tentang
pendidikan matematika, (3) keyakinan tentang kemampuan diri, dan (4) keyakinan
tentang peran siswa dan guru dalam pembelajaran matematika.
Dalam tulisan ini, keyakinan
matematik (41 butir) terdiri atas keyakinan siswa terhadap karakteristik
matematika (4 butir), keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri (11
butir), keyakinan siswa terhadap proses pembelajaran (14 butir), dan keyakinan
siswa terhadap kegunaan matematika (12 butir). Ke-41 butir tersebut merupakan
butir-butir yang valid yang berasal dari 64 butir. Nilai reliabilitas Product
Moment dari butir-butir yang valid tersebut sebesar 0,97 yang dihitung
dengan menggunakan Program Excell.